Setiap anak “berbeda”
Oleh : Ernalia Masly, S.Psi
Setiap
orang tua pasti mendambakan buah hatinya menjadi anak yang, sholih, berbakti,
berprestasi, dan sebagainya tentunya
dalam kontek yang baik- baik. Anak menjadi harapan orng tua memang sudah
sewajarnya. Namun tidak sedikit orang tua yang menaruh harapan pada anak
terlalu besar atau berlebihan,hingga tidak jarang ada orang tua yang berambisi
pada anak. Maksud ambisi disini bisa berupa tuntutan akan prestasi anak.
Sehingga kadang – kadang orangtua kecewa ketika anak yang diharapkan tidak bisa
memenuhi tuntutan atau keinginan orang tua. Hal ini bukan berarti orang tua
tidak boleh menaruh harapan pada anak – anak, namun harapan itu setidaknya
disesuaikan dengankemampuan anak itu sendiri. Sehingga kekecewan itu bisa
diminimalisir.
Justru
dengan harapan yang kita tanamkan pada anak sudah seharusnya dapat memacu dan
memotivasi anak untuk bisa berprestasi, bukan malah membebani anak. Terkadang
tanpa disadari ambisii orang tua bisa membebani anak, baik fisik, mental sampai
kondisi psikisnya. Situasi yang penuh beban secara tidak langsung berdampak
pada anak, situasi tersebut dapat menekan konsdi anak sehingga hasilnya jauh
dari harapan.
Nah, kalau sudah begini tidak ada yang kita
dapat , orang tua kecewa, anak tidak berprestasi atau bahkan menjadi stress.
Perlu kita ingat bahwa kemampuan anak sudah ada kadarnya sendiri- sendiri. Baik
secara fisik, akademis maupun mental. Anak- anak mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing- masing. Allah telah menciptakan setiap anak itu unik .
Maksudnya disini adalah bahwa anak memiliki fisik, karakter, kemampuan yang
berbeda beda. Setiap anak akan memiliki kekurangn dan kelebihannya masing-
masing. Yang sama adalah setiap anak akan mengalami tahap perkembangan dan
pertumbuhan, namun ini saja tetap tidak bisa kita samakan, karena pertumbuhan
dan perkembangan mereka tetap akan berbeda satu sama yang lain.
Tahap
awal perkembangan anak menurut Erik Erikson
1. Tahap
Trust VS Mistrus (sejak lahir – 1th)
Tahap kepercayaan seorang anak yang dibangun dalam masa
pengasuhan.Pengasuhan yang tepat akan menimbulkan rasa kepercayaan anak pada
orang disekitarnya
2. Tahap
Autonomy VS Shame and Doubt ( 1-3th)
Tahap dimana tumbuh rasa percaya diri anak dalam melakukan
gerakan motorik seperti berjalan, berbicara. Diharapkan dalam masa ini anak
diberi sedikit kebebasan dalam bertindak, jika terlalu dilindungungi akan
membuat anak merasa ragu dan malu
3. Tahap
Initiative VS Guity (3-6th)
Tahap
tumbuhnya inisiatif untuk melakukan sesuatu yang diinginkan baik fisik maupun
dinamis seperti, mencari pengalaman baru. Jika banyak kekangan anak akan merasa
bersalah saat akan melakukan suatu inisiatif
4. Tahap
Industri VS Infeority( 6-11th)
Tahap dimulainya belajar untuk bekerjasama dan bersaing
dengan teman sebanyanya. Anak akan terlihat meraih keberhasilan, namun jika
gagal akan merasa inferior atau rendah diri. Pada tahap ini orangtua dalam
mengasuh harus memberikan penguatan untuk menumbuhkan rasa kerjasama dan
keinginan untuk meraih prestasi.
Anak- anak yang duduk di kelas 3 saat ini, sedang berada dalam
tahap Industri VS Infeority. Tahap dimana pencapaian prestasi sedang
berlangsung. Anak- anak dapat berprestasi dengan maksimal ketika
fisik,mental,pola pengasuhan, lingkungan sekitar dan sekolah berfungsi
sebagaimana mestinya, atau bisa dikatakan berjalan seimbang. Setiap anak itu
memiliki kemampuan yang berbeda. Bahkan anak kembarpun pasti berbeda. Anak
mempunyai potensi untuk berprestasi. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua,
guru dan lingkungan memberikan rangsangan dan stimulus untuk memacu potensi
yang terdapat dalam diri si anak.
Setiap anak itu unik, karena Allah telah menciptakan dengan
seadil- adilnya, mereka mempunyai bakat, potensi dan kecerdasan masing –
masing. Menurut Howard Gardner,
kecerdasan itu dapat dikembangkan menjadi 9 macam, biasa dikenal dengan
Multiple intelligence.
·
Kecerdasan gambar atau spasial (Visual Spatial
Intelligence) ; kemampuan dalam memvisualisasikan fenomena dalam bentuk gambar,
gemar menggambar, menyenangi warna, garis, membangun balok dan mampu memberikan
arah dimana suatu lokasi berada. Misalnya : arsitek, pelukis, ahli desain
interior, dan pilot
·
Kecerdasan interpersonal (Interpersonal
Intelligence) ; kemampuan dalam mempersepsi dan membedakan suasana hati dan
perasaan orang lain. Misalnya : Mudah bergaul dengan orang lain, senang mencari
teman, dan senang terlibat dalam kerja kelompok atau kegiatan yang melibatkan
diskusi kelompok, mudah menyelesaikan konflik dengan orang lain.
·
Kecerdasan kinestetik atau fisik (Body
Kinesthetic Intelligence) ; kemampuan dalam menggunakan anggota tuuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaan. cepat mempelajari dan menguasai
kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik. misal: atlet, pemain film atau drama,
penari, penyulam, dan sebagainya.
·
Kecerdasan verbal – bahasa (Verbal –
linguistic Intelligence) ; Kemampuan dalam penggunaan kata secara
efektif secara lisan maupun tertulis, bisa mengekspresikan pikirannya secara
verbal, mudah mengingat nama atau sesuatu dan mampu menulis dengan baik, senang mengajukan pertanyaan dan diskusi.
·
Kecerdasan intrapersonal – mengenal diri
sendiri (Intrapersonal Intelligence) ; kemampuan dalam memahami diri sendiri dan
perilaku berdasarkan pemahaman tersebut, mudah mengenali perasaan diri, dapat
menghayati puisi, drama, bermeditasi, jurnal, dan bercerita.
·
Kecerdasan musik (Musical intelligence) ; Kemampuan dalam
menangani bentuk – bentuk musical, sangat sensitif terhadap bunyi dan cepat
mempelajari berbagai jenis musik, lagu, dan alat-alat musik. Misal : penyanyi,
composer.
·
Kecerdasan mempelajari alam (Natural
Intelligence) ; kemampuan dalam mengenali fenomena alam, biologi, mengamati dan
membaca kehidupan tumbuhan, binatang, serta gemar akan kegiatan pencinta alam.
·
Kecerdasan logika – matematika (Mathematical –
Logical Intelligence) ; kemampuan dalam menggunakan angka dan penalaran, membuat
hipotesis, dan berpikir logika lainnya. Misalnya :Ilmuwan, ahli matematika, dan
computer programmer
·
Kecerdasan spiritual (Existential
Intelligence) ; kemampuan untuk berpikir dalam tentang makna dan arti hidup,
serta mempertanyakan “mengapa kita hidup” dan “mengapa kita mati” Di dalamnya
termasuk pula kemampuan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan
dan saling terkait.
Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, termasuk yang
manakah anak kita? Kecerdasan tersebut akan berpengaruh pada prestasi anak –
anak, selain itu prestasi anak juga dipengaruhi dari proses belajarnya. Setiap
anak mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda pula.
Gaya belajar ada 3
1. Tipe Visual ( belajar melalui
penglihatan)
Belajar dengan banyak melihat. Senang melihat
bagaimana sesuatu dikerjakan. Biasanya anak ini lebih suka duduk di depan dan lebih
cepat mengerti jika melihat tampilan gambar, misalnya buku bergambar, diagram,
video presentasi.
2. Tipe Auditorial( belajar melalui
pendengaran)
Belajar dengan mendengarkan informasi . Senang
mendengarkan meskipun tanpa melihat pembicaranya.
Biasanya anak lebih suka mendengarkan ceramah atau cerita. Tulisan tidak begitu
berarti bagi tipe anak auditorial samapi mereka mendengar informasi dari
tulisan tersebut memalui suara.
3. Tipe Kinestetik ( belajar melalui
bergerak, melakukan dan meraba)
Belajar dengan bergerak. Biasanya anak ini tidak bisa hanya
“ diam, duduk, dan dengar”, namun akan lebih mengena ketika langsung praktek
atau mengalami langsung. Bisa dikatakan anak tipe ini senang bergerak.
Setelah mengetahui tahap perkembangan anak, macam- macam
kecerdasan anak kemudian tipe atau gaya belajar anak, maka harapannya, kita
sebagai orang tua bisa lebih bijaksana dalam mendidik dan mendampingi anak-
anak belajar. Kita tahu cara yang tepat untuk mengarahkan anak tentunya sesuai
dengan usia dan kemampuannya. Biarkan anak berkembang menurut bakat dan
potensinya tanpa beban dari orang tua atau guru, sehingga bisa berprestasi
dengan maksimal. Setiap anak itu berbeda dan bisa dikatakan unik, maka mari
kitaberusaha untuk menjadi orang tua dan guru yang unik dalam mendampingi anak.
Tidak perlu khawatir ketika anak kita tidak cerdas secara akademik, insyaallah
masih ada kecerdasan lain yang dimiliki,. Tinggal bagaimana kita berusaha untuk
mengoptimalkan kecerdasan tersebut. Akhirnya…bahwa setiap anak itu “berbeda”
pasti mempunyai kekurangan, kelebihan dan kemampuan masing- masing. J
Disampaikan dalam forum POMG kelas 1 SDIT LABORATORIUM
Jumat 2 Desamber 2011